DETERMINAN
INFLASI DALAM PENDEKATAN ISLAM DAN KONVENSIONAL
I.
Latar Belakang
Secara empiris, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan
terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter
(depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada
semua sektor tanpa terkecuali. Dalam rangka mengendalikan inflasi dan menjaga
stabilnya nilai mata uang, pemerintah dan otoritas moneter yang ada mengambil
beberapa kebijakan baik dari segi moneter, fiskal, maupun sektor riil. Dari
segi moneter, bank sentral akan menaikkan suku bunga dan pengetatan likuiditas
perbankan, mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan
moneter, menentukan sasaran akhir kebijakan moneter, mengidentifikasi variabel
yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi dan memformulasikan respon kebijakan
moneter.
a.
Fakta
Laju Inflasi: Waspada Ekonomi Indonesia Tahap Awal
Overheating
Oleh: JIBI
- Thu Nov 01, 10:55 pm
JAKARTA – Pemerintah dan
otoritas moneter diminta mewaspadai tanda-tanda overheating yang terjadi pada
perekonomian Indonesia.
Sinyal terjadinya kondisi ekonomi
yang “terlalu panas” itu bisa ditangkap dari data Badan Pusat Statistik.
Menurut BPS, laju inflasi year on
year komponen harga inti atau core inflation periode Januari-Oktober 2012
mencapai 4,59%.
Angka itu hanya terpaut sedikit
dari laju inflasi year on year umum pada periode yang sama sebesar 4,61%.
Ekonom Senior Asian Development
Bank Edimon Ginting mengatakan laju inflasi inti yang tinggi merupakan salah
satu tanda awal ekonomi overheating.
Dia menjelaskan laju inflasi inti
merupakan indikator pertumbuhan permintaan domestik yang kuat dan belum bisa
diimbangi oleh pertumbuhan pasokan atau supply.
“Memang inflasi inti perlu di-watch
(diawasi). Ada peningkatan permintaan yang cukup kuat, ini salah satu tanda
overheating,” katanya, Kamis (1/11).(JIBI)
Meski begitu, Edimon memperkirakan
Bank Indonesia belum akan mengeluarkan kebijakan untuk menekan tingkat inflasi
inti karena laju inflasi Januari-Oktober masih ada di dalam target pemerintah
dan Bank Indonesia.
Namun, dia menegaskan pemerintah
harus melanjutkan upaya memperbaiki sisi persediaan pada ekonomi Indonesia agar
bisa mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
“Di sisi lain, pertumbuhan kredit
harus diperhatikan karena sudah mulai ada dampaknya pada inflasi inti,” kata
Edimon.
Sementara itu, berdasar Badan Pusat
Statistik, Indeks harga konsumen naik 0,16% pada Oktober, inflasi terjadi pada
37 kota yang disurvei dan 29 kota lain mengalami deflasi.
Adapun inflasi tahun kalender
Januari-November 2012 adalah 3,66%, sedangkan inflasi year on year tercatat
4,61%.(JIBI)
II.
Teori Inflasi menurut Al-Maqrizi
Dengan mengemukakan berbagai fakta
bencana kelaparan yang pernah terjadi di Mesir, Al-Maqrizi menyatakan bahwa
peristiwa inflasi merupakan sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan
masyarakat di seluruh dunia sejak masa dahulu hingga sekarang. Inflasi
menurutnya, terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan
berlangsung terus-menerus. Pada saat ini persediaan barang dan jasa mengalami
kelangkaan dan konsumen, karena sangat membutuhkannya, harus mengeluarkan lebih
banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama. Al-Maqrizi
mengklasifikasikan inflasi berdasarkan faktor penyebabnya ke dalam dua hal,
yaitu inflasi yang disebabkan faktor alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh
kesalahan manusia.
a. Inflasi
Alamiah
Inflasi jenis ini disebabkan oleh
berbagai faktor alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia. Menurut
Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan hasil
bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang tersebut
mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Akibatnya,
transaksi ekonomi mengalami kemacetan, bahkan berhenti sama sekali. Untuk
menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan sejumlah besar dana yang
mengakibatkan perbendaharaan negara mengalami penurunan drastis, karena di sisi
lain, pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata lain,
pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara, baik secara politik, ekonomi,
maupun sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah
pemerintahan.
b. Inflasi
Karena Kesalahan Manusia
Al-Maqrizi mengidentifikasikan tiga
hal yang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama menyebabkan terjadinya
inflasi antara lain: korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan,
dan peningkatan sirkulasi mata uang fulus.
1. Korupsi
dan administrasi yang buruk
Sebab pertama inflasi menurut
Al-Maqrizi adalah korupsi dan administrasi yang buruk. Dalam kaitannya dengan
rekapitalisasi perbankan yang diperkirakan bakal menelan biaya Rp. 257 triliun
(Panji, No. 37 tahun II, 30 Desember 1998). Pemerintah akan membayar bunga
obligasinya dari APBN. Al-Maqrizi menyatakan bahwa pengangkatan para pejabat
pemerintahan yang berdasarkan pemberian suap, dan bukan kapabilitas, akan
menempatkan orang-orang yang tidak mempunyai kredibelitas pada berbagai jabatan
penting dan terhormat, baik di kalangan legislatif, yudikatif, maupun
eksekutif. Kondisi ini selanjutnya sangat memengaruhi moral dan efisiensi
administrasi sipil dan militer. Ketika berkuasa para pejabat mulai
menyalahgunakan kekuasaan untuk meraih kepentingan pribadi. Merajalelanya
ketidakadilan para pejabat membuat rakyat semakin memprihatinkan, sehingga
mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman dan pekerjaannya. Akibatnya terjadi
penurunan drastis jumlah penduduk dan tenaga kerja serta hasil-hasil produksi
yang sangat berimplikasi terhadap penurunan peenerimaan pajak dan pendapatan
negara.
2. Pajak
yang Berlebihan
Menurut Al-Maqrizi,
akibat dominasi para pejabat bermental korup dalam suatu pemerintahan,
pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis. Sebagai
kompensasinya, mereka menerapkan sistem perpajakan yang menindas rakyat dengan
memberlakukan berbagai pajak baru serta menaikan tingkat pajak yang telah ada.
3. Peningkatan
Sirkulasi Mata Uang Fulus
Ketika terjadi defisit
anggaran sebagai akibat dari perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang
negara untuk berbagai kepentingan pribadi dan kelompoknya, pemerintah melakukan
pencetakan mata uang fulus secara besar-besaran. Menurut Al-Maqrizi, kegiatan
tersebut semakin meluas pada saat ambisi pemerintah untuk memperoleh keuntungan
yang sangat besar dari pencetakan mata uang yang tidak membutuhkan biaya
produksi tinggi ini tidak terkendali. Pemerintah mengeluarkan maklumat yang
memaksa rakyat menggunakan mata uang itu. Jumlah fulus yang dimiliki masyarakat
semakin besar dan sirkulasinya mengalami peningkatan yang sangat tajam.
Al-Maqrizi mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut berimplikasi
terhadap keberadaan mata uang lainnya. Keadaan ini menempatkan fulus sebagai
standar nilai bagi sebagian besar barang dan jasa. Akibatnya, uang tidak lagi
bernilai dan harga-harga membumbung tinggi yang pada akhirnya menimbulkan
kelangkaan bahan makanan.
Dalam pengamatan
Al-Maqrizi, ternyata kenaikan harga-harga (inflasi) yang terjadi adalah dalam
bentuk jumlah fulusnya. Dalam kaitannya
dengan rekapitalisasi perbankan, apa yang dilakukan pemerintah dengan program
rekapitalisasi adalah menambah modal bank di satu sisi dan mencatatnya sebagai
investasi bank dalam bentuk obligasi di sisi lain
III.
Analisis
Inflasi merupakan suatu
gejala ekonomi yang ditunjukkan oleh naiknya tingkat harga sercara
terus-menerus. Inflasi sebagai kecenderungan naiknya
harga secara umum dan terus-menerus, dalam waktu dan tempat tertentu. Dari
sebabnya inflasi dapat timbul karena adanya peningkatan permintaan masyarakat (demand
pull inflation), karena desakan naiknya biaya produksi (cost push), serta
karena keduanya (mixed inflation). Beberapa
determinan inflasi yang masuk ke dalam jenis demand-pull inflation antara lain: likuiditas perekonomian yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah uang beredar, harga minyak mentah, nilai
tukar rupiah yang terapresiasi, produktivitas, hingga jenis inflasi dari
permintaan musiman (hari raya idul fitri, tahun baru). Sementara yang termasuk
penyebab inflasi jenis cost-push ini
adalah: depresiasi nilai rupiah, volatile food inflation (paceklik),
kenaikan upah minimum provinsi oleh pemerintah (UMP), dan determinan inflasi
lain dari jenis administered inflation seperti: kenaikan harga BBM,
tarif listrik, harga rokok dan bea masuk impor bahan baku dan peralatan.
Berdasarkan fakta yang
terjadi penyebab inflasi disebabkan karena faktor dari kesalahan manusia
seperti adanya korupsi, administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan, dan peningkatan
sirkulasi mata uang fulus.
Hal itu sama halnya
dengan pemikiran Al-Maqrizi yang mengemukakan adanya dua penyebab inflasi yaitu
inflasi alamiah dan inflasi karena kesalahan manusia seperti yang sudah
dijelaskan dalam teorinya.
Sehingga tidak heran
lagi penyebab inflasi sangat berdampak buruk dalam kegiatan perekonomian di
suatu negara bahkan rakyat juga terkena dampak dari inflasi tersebut. Misalnya
inflasi terjadi karena naiknya harga dari barang-barang kebutuhan masyarakat
karena faktor bencana atau kondisi administrasi suatu negara yang buruk akibat
banyak yang korupsi. Harga barang-barang tersebut naik karena harga bahan baku
dan harga bahan pembuatannya juga naik. Akibatnya, masyarakat tidak mampu
membeli barang-barang kebutuhan tersebut. Produsen barang-barang kebutuhan
tersebut tidak mampu membiayai produksi karena masyarakat mengurangi pembelian.
Akhirnya, produsen memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal
ini tentu mengakibatkan dampak yang buruk dalam perekonomian. Pada akhirnya
daya beli masyarakat menjadi turun akibat tidak adanya pendapatan. Dengan
demikian, kemiskinan meningkat dan semakin banyak anak yang putus sekolah.
Dalam ilustrasi di atas
menunjukkan adanya kesamaan antara pemikiran Al-Maqrizi dan teori secara
konvensional seperti yang terjadi sekarang ini.
Perbedaan, terbukti
pemikiran ekonomi Al-Maqrizi tentang inflasi lebih komprehensif dibanding
konsep yang ditawarkan ekonom Barat.
Persamaan, penyebab
adanya inflasi menurut fakta yang ada dikarenakan adannya dua hal yaitu demand
pull inflation dan cosh push inflation yang juga dijelaskan dalam teori pemikiran
Al-Maqrizi.
IV.
KESIMPULAN
Setelah diadakan pengamatan dan
penelusuran secara lebih mendalam tentang masalah ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
Terbukti, pemikiran ekonomi
Al-Maqrizi tentang inflasi lebih komprehensif dibanding konsep yang ditawarkan
ekonom Barat. Salah satu alasannya adalah karena baik inflasi yang disebabkan
oleh nature/alami maupun
inflasi ulah manusia, keduanya dapat berbentuk cost push maupun demand
pull inflation.
Setelah diadakan telaah dan analisis
sederhana ini, penulis menyarankan perlunya penelaahan lebih lanjut dan intens
terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi Al-Maqrizi, khususnya hal-hal yang
menyangkut permasalahan moneter (mata uang dan inflasi).
DAFTAR
PUSTAKA
Karim,
Adiwarman Azhar, Ekonomi Islam Suatu
Kajian Kontemporer, Gema Insani Press, Jakarta, 2001
Karim,
Adiwarman Azhar, Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004